Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Rindu yang Tak Berujung



Malam itu, angin bertiup pelan membawa aroma laut ke sepanjang dermaga. Dinda berdiri di ujung jembatan kayu, menatap gelombang yang datang dan pergi. Hatinya resah, menunggu seseorang yang pernah mengisi hari-harinya.

Suara langkah kaki di belakangnya membuatnya menoleh. Dan di sana, di bawah temaram lampu dermaga, Alif berdiri dengan sorot mata yang masih sama seperti dulu—hangat namun menyimpan kesedihan.

"Kamu datang," suara Dinda bergetar.

Alif mengangguk. "Aku selalu ingin datang, hanya saja aku terlalu takut."

Dinda tersenyum pahit. "Takut pada apa?"

"Takut bahwa aku sudah terlambat. Bahwa kamu telah benar-benar melupakanku." Alif melangkah mendekat, berdiri hanya beberapa jengkal dari Dinda. "Tapi nyatanya, aku masih di sini. Kita masih di sini."

Dinda menarik napas panjang. Bertahun-tahun mereka terpisah oleh jarak dan waktu, tapi malam ini seolah semua kembali ke titik awal.

"Aku pernah marah padamu, Alif. Sangat marah." Matanya berkaca-kaca. "Aku merasa kamu meninggalkanku tanpa alasan yang jelas."

Alif menunduk. "Aku bodoh, Dinda. Aku pikir aku melakukan hal yang benar, mengejar mimpiku, tanpa menyadari bahwa mimpiku sebenarnya adalah bersamamu."

Hening. Hanya suara ombak yang menemani mereka.

Dinda menatap Alif, mencoba mencari kejujuran di matanya. "Lalu kenapa kamu kembali sekarang?"

Alif tersenyum kecil. "Karena aku sadar, tak ada tempat yang lebih berarti selain berada di sisimu. Jika masih ada kesempatan, aku ingin memperbaiki segalanya."

Dinda menghela napas, membiarkan kata-kata Alif meresap ke dalam hatinya. Ada luka yang belum sepenuhnya sembuh, ada rindu yang masih mengakar dalam.

Ia menatap laut di depannya, lalu menoleh ke Alif. "Aku tidak tahu apakah aku bisa langsung percaya lagi, tapi aku ingin mencoba."

Alif meraih tangannya perlahan. "Terima kasih, Dinda. Kali ini, aku tidak akan pergi lagi."

Di bawah langit malam yang dihiasi bintang-bintang, dua hati yang sempat terpisah kini menemukan jalan untuk kembali. Rindu mereka akhirnya menemukan jawabannya.

Post a Comment for "Rindu yang Tak Berujung"