Cinta yang Kembali Bersemi
Hujan turun perlahan saat Raka berdiri di depan kafe tempat mereka dulu sering menghabiskan waktu bersama. Hatinya penuh keraguan, namun rindunya lebih kuat dari rasa takut. Ia menatap ke dalam melalui kaca jendela, mencari sosok yang sudah lama tak ia temui.
Dan di sana, di sudut ruangan, Aurel duduk sendiri dengan secangkir kopi di tangannya. Wajahnya masih sama seperti dulu—hangat, namun kini ada sedikit kesedihan di matanya.
Raka melangkah masuk, mengatur napasnya yang terasa berat. Saat ia mendekat, Aurel mendongak dan tatapan mereka bertemu. Ada keheningan yang menggantung di udara sebelum Aurel akhirnya membuka suara.
"Aku tak menyangka kamu akan datang."
Raka tersenyum kecil. "Aku juga tak menyangka akan punya keberanian untuk datang."
Aurel menatapnya dalam, seolah mencari jawaban yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. "Kenapa sekarang?"
Raka duduk di hadapannya, memainkan ujung lengan jaketnya dengan gelisah. "Karena aku sadar, aku telah melepaskan sesuatu yang berharga. Dan aku ingin memperbaikinya, jika kamu mengizinkan."
Aurel menghela napas, menyesap kopinya sebelum berkata, "Waktu sudah berlalu, Raka. Aku tak tahu apakah semuanya masih bisa kembali seperti dulu."
Raka mengangguk pelan. "Aku tidak ingin memaksakan apa pun. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku menyesal. Dan jika ada sedikit saja kesempatan, aku ingin kita mencoba lagi."
Aurel terdiam. Hujan di luar semakin deras, seperti melodi yang mengiringi kebimbangan di hatinya. Ia menatap Raka, mengenang semua kenangan yang pernah mereka bagi.
Setelah beberapa saat, Aurel tersenyum tipis. "Jika kamu benar-benar ingin mencoba lagi, buktikan padaku. Aku tidak ingin janji kosong. Aku butuh kepastian."
Raka menggenggam jemarinya perlahan. "Aku akan membuktikannya, Aurel. Kali ini, aku tidak akan membuat kesalahan yang sama."
Di luar, hujan mulai reda. Seolah alam pun memberi restu untuk cinta yang kembali bersemi.
Post a Comment for "Cinta yang Kembali Bersemi"