Malam di Bawah Bintang-Bintang
Laila menatap langit malam dari balkon apartemennya. Kota Jakarta yang sibuk terlihat benderang dari ketinggian, tetapi matanya justru terpaku pada bintang-bintang yang tampak redup di antara gedung-gedung pencakar langit. Ia selalu menyukai bintang. Bagi Laila, bintang adalah pengingat bahwa meskipun kecil, mereka tetap bersinar di tengah kegelapan.
Namun malam ini, pikirannya tidak tenang. Ponselnya tergeletak di meja, menunjukkan pesan singkat dari Reyhan, seseorang yang telah lama ia kagumi. “Bisa ketemu di taman malam ini?”
Kenangan yang Membekas
Laila dan Reyhan pertama kali bertemu di kampus lima tahun lalu. Reyhan, dengan senyumannya yang ramah dan sikapnya yang santai, adalah sosok yang mudah membuat siapa saja merasa nyaman. Ia sering membantu Laila dengan tugas-tugas kuliah, dan di sela-sela obrolan mereka, Laila menyadari bahwa ia jatuh cinta.
Namun, Reyhan tidak pernah memberi tanda bahwa ia merasakan hal yang sama. Laila memilih menyimpan perasaannya, takut merusak persahabatan mereka. Setelah lulus, Reyhan pindah ke luar kota untuk bekerja, dan komunikasi mereka perlahan memudar.
Kini, setelah bertahun-tahun, pesan singkat itu membuat hati Laila berdebar lagi.
Pertemuan di Taman
Laila tiba di taman tempat mereka sering menghabiskan waktu di masa kuliah. Udara malam terasa sejuk, dengan aroma bunga melati yang samar. Reyhan sudah menunggunya di bangku kayu di dekat kolam kecil.
“Laila,” sapanya sambil berdiri.
“Reyhan,” jawab Laila dengan senyum gugup.
Mereka duduk bersebelahan, namun tidak ada kata yang terucap selama beberapa menit. Reyhan akhirnya memecah keheningan. “Bagaimana kabarmu selama ini?”
Laila tersenyum. “Baik. Banyak yang berubah sejak kita terakhir bertemu.”
Reyhan mengangguk. “Iya. Aku sering memikirkan masa-masa itu, ketika kita masih di kampus. Aku merasa bersalah karena tidak menjaga hubungan kita.”
“Tidak apa-apa,” kata Laila lembut. “Waktu memang sering membuat kita sibuk.”
Pengakuan yang Ditunggu
Setelah beberapa obrolan ringan, Reyhan menghela napas dalam. Ia menatap bintang-bintang di langit sebelum akhirnya berkata, “Aku harus jujur, Laila. Aku memintamu ke sini karena ada sesuatu yang sudah terlalu lama aku pendam.”
Laila merasakan jantungnya berdegup kencang. “Apa itu?”
Reyhan menoleh ke arahnya, tatapannya penuh ketulusan. “Aku menyadari sesuatu selama ini. Aku merindukanmu, Laila. Tidak hanya sebagai teman, tapi lebih dari itu. Aku terlalu pengecut untuk mengungkapkannya dulu, tapi aku tidak ingin menyimpannya lagi.”
Kata-kata itu membuat waktu seolah berhenti. Laila menatap Reyhan, merasa seperti mimpi. “Kenapa baru sekarang, Reyhan?”
“Aku tidak tahu. Mungkin karena aku takut. Tapi sekarang aku sadar, aku tidak ingin membuang lebih banyak waktu,” jawab Reyhan dengan nada lirih.
Laila menunduk, merasakan kehangatan mengalir di hatinya. “Aku juga merasakan hal yang sama, Reyhan. Dari dulu.”
Di Bawah Langit Malam
Reyhan tersenyum, lalu menggenggam tangan Laila dengan lembut. “Maafkan aku karena terlambat menyadarinya.”
“Tidak ada yang terlambat,” kata Laila.
Malam itu, mereka berbicara tanpa henti, berbagi cerita tentang apa yang telah mereka lalui selama bertahun-tahun berpisah. Bintang-bintang di langit menjadi saksi kebahagiaan mereka, memberi harapan bahwa cinta selalu menemukan jalannya, meski tertunda.
Di bawah langit malam yang penuh bintang, Laila dan Reyhan memulai babak baru dalam cerita mereka. Tidak ada lagi keraguan, hanya ada keyakinan bahwa mereka akhirnya berada di tempat yang tepat—di sisi satu sama lain.
Post a Comment for "Malam di Bawah Bintang-Bintang"